Gema Takbir Idul Adha diatas Ketinggian 2830 Mdpl.

Makassarglobal.com – Makassar – Sudah menjadi tradisi bagi sebagian masyarakat di Sulawesi Selatan (Sulsel) untuk melaksanakan lebaran Idul Adha di Puncak Gunung Bawakaraeng.

Gunung dengan ketinggian 2830 Mdpl ini telah menjadi tempat favorit dalam melaksanakan ibadah salat idul Adha.

Setiap tahunnya warga dari beberapa kabupaten tidak pernah alfa untuk datang melaksanakan ibadah Idul Adha baik itu dari kabupaten Sinjai, Bulukumba, Gowa, Makassar, Takalar, Jenneponto maupun dari kabupaten lainya.

Tahun ini perayaan Idul Adha 1444 Hijriah diadakan di Gunung Bawakaraeng dihadiri sekitar 50an jemaah dari berbagai kabupaten.

Saat kabut belum menghilang di atas langit alunan takbir mulai bergema, satu per satu langkah kaki orang-orang mulai meninggalkan tenda masing-masing menuju pelataran Gunung Bawakaraeng.

Pagi ini cuaca dingin begitu menusuk namun tidak menyurutkan semangat para warga untuk ikut melaksanakan ibadah.

Baik laki-laki maupun perempuan mulai mengisi saf masing-masing hingga membentuk beberapa baris. Alunan takbir bergema mengucap kebesaran tuhan yang maha kuasa, di tengah kabut yang pekat sholat idul adha pun mulai di laksanakan.

Setelah ditutup doa dari khatib yang membawakan ceramah idul adha, para jemaah pun mulai berjabat tangan, saling memeluk antara yang tua dan muda, laki-laki dan perempuan dengan isap tangis yang terdengar.

Lalu kemudian beberapa rombongan mulai meninggalkan saf kemudian berjalan menuju puncak Gunung, dengan memakai pakaian serba putih terlihat ada beberapa ritual yang dilakukan para jemaah seperti mengelilingi tugu trangulasi sebanyak satu kali kemudian berdiri didepan tugu dengan menghadap ke barat sambil membaca doa-doa yang dipanjatkan didalam hati.

Ritual itu dilakukan secara individu pada setiap rombongan biasanya hanya dilakukan oleh satu dua orang sedangkan yang lainnya hanya berdiri sambil menyaksikan proses ritual tersebut.

Nasruddin Daeng Tompo pria asal kabupaten Gowa ini sudah beberapa kali datang ke Bawakaraeng untuk ikut melaksanakan ibadah salat Idul Adha.

“Dua tahun lalu saya kesini melaksanakan salat Idul Adha dan sekarang Alhamdulillah masih diberi kesehatan untuk hadir lagi beribadah di Puncak Gunung Bawakaraeng,” tuturnya, Kamis (29/6/2023).

Daeng Tompo tidak sendiri, ia mengaku datang bersama belasan keluarga dari Desa Parigi kabupaten Gowa, sudah dua hari ia dan rombongannya berada di Gunung Bawakaraeng.

“Rombonganku yang datang disini untuk ikut melaksanakan salat Idul Adha berjumlah 14 orang dari keluarga dekat, baik laki-laki maupun perempuan.” pungkasnya.

Dirinya mengakui untuk sampai di puncak sangatlah tidaklah mudah, selain jalurnya yang ekstrim jarak tempuhnya juga sangat jauh dengan waktu perjalanan kurang lebih 10 jam.

” Saya lewat Lembanna yang merupakan salah satu jalur menuju puncak Gunung Bawakaraeng, berangkat jam 5 subuh sampai dipuncak pukul 14:00 WITA,” ucapnya.

Lekaki paruh baya itu merasa bersyukur karena ia bersama keluarganya masih bisa melaksanakan salat Idul Adha di Gunung Bawakaraeng tahun ini.

“Alhamdulillah… meski umur sudah terbilang tidak mudah lagi namun tahun ini saya bersama keluarga masih bisa melaksanakan salat Idul Adha di Gunung Bawakaraeng,” tutupnya.

Penulis : Natasya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *