News

DPP LBH No Viral No Justice Tunjuk Ibrahim, SH Sebagai Ketua DPD Sulsel

Makassarglobal.com – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Bantuan Hukum (LBH) No Viral No Justice resmi memberikan mandat kepada Ibrahim, SH, sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) LBH No Viral No Justice Sulawesi Selatan. Keputusan ini disambut baik oleh Ketua Umum LBH No Viral No Justice, Mursida, S.Sos, SH., MM, yang mengapresiasi langkah tersebut sebagai bagian dari penguatan organisasi di daerah.

Dalam pernyataannya, Mursida menyampaikan keyakinannya bahwa Ibrahim, SH, mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. “Kami mengapresiasi penunjukan Ibrahim, SH, sebagai Ketua DPD LBH No Viral No Justice Sulawesi Selatan. Kami percaya bahwa kepemimpinannya akan membawa semangat baru dalam memperjuangkan keadilan dan hak-hak masyarakat di wilayah ini,” ujar Mursida.

Sekretaris Jenderal LBH No Viral No Justice, Jufri, SH., C.LA, menambahkan bahwa mandat ini merupakan bagian dari upaya organisasi untuk memperluas jaringan bantuan hukum di seluruh Indonesia. “Kami berharap DPD Sulawesi Selatan segera menyusun struktur kepengurusan dan mulai menjalankan program-program yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat,” katanya.

Sementara itu, Ibrahim, SH, menyatakan kesiapannya untuk mengemban amanah ini dan berkomitmen menjalankan visi serta misi LBH No Viral No Justice. “Kami akan bekerja keras untuk memastikan bahwa masyarakat Sulawesi Selatan, terutama mereka yang membutuhkan, dapat mengakses bantuan hukum secara adil dan profesional,” ungkapnya.

Dengan adanya kepengurusan baru ini, diharapkan LBH No Viral No Justice semakin aktif dalam memberikan advokasi hukum dan membela hak-hak masyarakat di Sulawesi Selatan. (*)

Tim Redaksi

Gowa, Sulawesi Selatan – Tembang daerah Makassar kian menemukan jati dirinya sebagai bentuk perkembangan musik lokal yang mampu bersaing dan sejajar dengan jenis musik lainnya. Lagu-lagu Makassar saat ini tidak hanya dinikmati oleh pecinta genre musik tertentu, tetapi juga telah menjadi bagian dari selera musik nasional. Tak hanya terbatas pada kalangan etnis Makassar, kini lagu-lagu daerah tersebut juga dinikmati oleh berbagai etnis di seluruh penjuru Nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa musik Makassar telah menjadi bagian dari kekayaan lagu-lagu Nusantara. Baca: Pangdam XII/Tpr Tutup Diksarmil dan Pelatihan Manajerial serta Penetapan Komcad SPPI Batch 3 Tahun 2025 Seragam Sekolah Gratis dari Walikota Langsa Orang Tua Siswa Sangat Terbantu, Kepsek SDN 1 Ucapkan Terimakasih Kepsek SMAN 2 Gowa Diduga Selewengkan Dana BOS, GEMPUR Siap Laporkan ke Kejati Sulsel LBH Herman Hofi Sorot Dugaan Strategi Adu Domba Dalam Konflik Agraria di Kubu Raya Para penggiat musik daerah, khususnya pencipta dan pemerhati lagu-lagu lokal seperti Udhin Leaders, terus mendorong agar tembang-tembang daerah Makassar dan Bugis mendapat ruang lebih luas di industri musik Tanah Air. Udhin Leaders, vokalis sekaligus pencipta lagu Makassar dan Bugis, akan berkolaborasi dengan Alex, gitaris dari label nasional Nagaswara. Alex dikenal dengan kepiawaiannya memainkan gitar melodi, dan telah lama berkiprah di industri musik Indonesia. Kolaborasi ini akan mengusung genre musik pop daerah, mencampurkan warna khas Makassar dan Bugis dengan sentuhan profesional dari musisi nasional. Maulana Ramli, selaku Event Organizer (EO) dari Pranala Production sekaligus pencipta lagu populer “Siri Napacce”, mengungkapkan bahwa kolaborasi ini merupakan proyek perdana yang mempertemukan musisi nasional dan pelaku utama musik daerah dalam satu garapan. Sebelumnya, Maulana juga telah melahirkan karya berjudul “Manna Jera’ja Kulimbang” yang turut mewarnai khazanah musik daerah. “Ini untuk pertama kalinya terjadi, seorang gitaris dari label nasional berkolaborasi dengan dedengkot lagu daerah Makassar dan Bugis. Kami optimistis hasilnya akan menjadi karya musik yang apik dan membanggakan,” ujar Maulana dalam wawancara. Video klip dari proyek ini akan mengambil lokasi syuting di Balla’ Lompoa, ikon kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan yang terletak di Kabupaten Gowa. Rumah adat ini merupakan bekas kediaman Sultan Hasanuddin, Pahlawan Nasional Indonesia, sekaligus simbol pusat budaya, sejarah, dan adat istiadat Gowa. Tempat ini dulunya menjadi lokasi strategi dalam menghadapi penjajahan. Dengan latar budaya yang kuat dan kolaborasi lintas daerah, karya ini diharapkan menjadi representasi baru bahwa musik daerah mampu tampil modern tanpa kehilangan akar budayanya.(/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *