Makassar, makassarglobal.com.”- Abdurrahman Putra Legendaris Artis dan pecipta lagu dangdut di era 80 an harus menerima kenyataan pahit atas bujukan ridwan teman akrabnya di Jakarta yang mengajaknya untuk bekerja di Makassar dengan Gaji yang sangar tinggi. 15 Mei 2025 —
Kisah pilu dialami oleh Abdurrahman Latif Khan, putra dari musisi legendaris Jakarta, Latif Khan. Abdurrahman sempat terlantar selama 14 hari di Makassar setelah menjadi korban janji kerja palsu oleh seorang teman. Peristiwa ini menjadi peringatan bagi banyak orang agar berhati-hati terhadap tawaran pekerjaan yang terdengar menggiurkan.
“Kepada sala satu rekan media Radarnkri.com. Abdurrahman menyampaikan Awalnya saya diajak oleh seorang teman yang bernama ridwan ke Makassar. Ia menjanjikan saya pekerjaan dengan gaji yang tinggi. Karena saya percaya dengan ucapanya,maka saya akhirnya memutuskan untuk ikut,”. Ujarnya.
“Abdurrahman mengungkap bahwa ia sempat membayar sejumlah uang kepada temannya. “Benar. Saya sempat membayar Rp1.500.000 (satu juta lima ratus ribu rupiah). Di luar uang transportasi dan akomodasi,” katanya.
“Setibanya di Pelabuhan Makassar, kami berdua tinggal di pelabuhan Sukarno selama tiga hari. Tapi kami hanya berada di sekitar pelabuhan,” ungkapnya. Yang lebih menyedihkan, ia mengaku tidur di pelabuhan.
“Dan pada hari ketiga, Ridwan mengeluh kepada saya bilang kuota internetnya habis dan dia mau beli dulu. Tapi ketika saya dengar ada bunyi Sirene kapal ,sementara ridwan tak kunjung nongol yang katanya membeli Kaota saya tengo kiri kanan dari waktu ke waktu dan kapalpun semakin jau dari pandangannya ridwan tak kunjung tuba.
Sayapun sempat bertanya pada orang sekitar, ternyata kapal itu menuju Jakarta. Dalam hati berkata jangan jangan ridwan pulang ke Jakarta dengan menumpang kapal itu,
Ternyata dugaan saya benar dan diam-diam ridwan sudah beli tiket dan pergi tanpa bilang-bilang. Sangat tegahnya dia Tinggalkan Saya seorang diri tanpa ada orang satupu yang saya kenal. di pelabuhan.” ucapnya dengan wajah senduh.
Tak di sangksh sangkah serorang teman yang sangat tegah pergi dan tinggalin saya seorang diri tampa tenan dan kerabat lain selain dia gumam dalam hatinya sambil meneteskan air mata penyesalan.
“Di hari yang ke empat saya hanya seorang diri berusaha mencari
cara untuk bisa pulang ke Jakarta, tapi belum berhasil. Badan sudah capek. Saya pun mulai berkeliling mencari bantuan dan tempat tinggal, bahkan dari masjid ke masjid.” untuk mendapat petunjuk daei sang Illahi. Agar dapat kiranta ada seseorang yang dapat membantunya untuk mendapat biaya ongkos pulang ke jakrta.
Hidup sebatang karang di kota Makassar yang jauh dari sanak saudara dan keluarga. Hari demi hari saya lalui tanpa putus asah. “-Sementara uang sudak habis hanya memiliki Sebua Henpon dengan rasa berat hati saya harus menjual henpon dengan harga,cunan Rp.300.000 untuk dapat bertahan hidup selama belum dapat pekerjaan
“Berkat Usaha dan Do’a maka alhamdulillah, ada yang membantu. Untuk makan, ada juga yang memberi saya uang jajan. Selain itu, Pimpinan Redaksi Radar NKRI juga ikut membantu saya,” ujarnya.
“Saya sempat bertemu pemilik toko Sport Sentosa di Jalan Sumba Opu. Kami sempat berbincang panjang, maaf saya lupa namanya. Sampai waktu sholat Dzuhur masuk, saya ke Masjid Anshar dekat toko tersebut. Setelah sholat, saya bertemu dengan imam masjid, namanya Alwi,” tutur Abdurrahman.
Ia kemudian menceritakan kisah yang dialaminya kepada Imam Masjid Anshar. “Setelah itu, Imam Masjid berusaha mencari bantuan pada temannya dan akhirnya saya diberikan alamat untuk bertemu Om Jamil, yang ternyata kenal dengan ayah saya.”
“Setelah ngobrol dan minum kopi di rumah Om Jamil, anak beliau mengantar saya ke tempat usaha parfum ‘Raja Wangi’ di Jalan Sunu, milik Agil Alhamid.”
Sayangnya, Agil Alhamid saat itu sedang berada di Jakarta. “Saya hanya bertemu istrinya, Hikmah. Kami berbincang dan saya ceritakan kondisi saya. Lalu beliau menelepon suaminya Agil, dan saya sempat berbicara langsung melalui telepon.” dari hasi komunikasi bersama
Agil bertanya, ‘Kamu mau apa? Mau kerja atau pulang? Kalau mau kerja saya kasih kerja, kalau mau pulang ke Jakarta saya belikan tiket.’ Saya sempat pusing untuk menjawab. Dan Habib Agil mengatakan, ‘Ya sudah, kamu pikir-pikir dulu.’”
.
Setelah itu, Abdurrahman sempat bertemu dengan Pimpinan Redaksi Radar NKRI, Muh Rais Alhamid, yang juga merupakan keluarga dari Habib Agil. “Saya menceritakan semua kejadian yang saya alami dari awal.”
Apa respons dari Pimpinan Redaksi Radar NKRI?
“Beliau mewawancarai saya dan menanyakan apakah saya ingin tetap bekerja di Makassar atau pulang ke Jakarta. Saya jawab ingin pulang, karena saya sudah trauma dengan kejadian ini. Beliau juga sempat bertanya apakah saya ingin melaporkan kejadian ini ke polisi. Saya jawab, ‘Tidak usah, Pak. Saya lapang dada menerima cobaan dan takdir ini. Toh saya juga sudah dapat bantuan untuk pulang ke Jakarta. Saya tidak ingin masalah ini panjang sampai ke ranah hukum. Cukup sampai di sini saja, dan ini akan menjadi pelajaran buat saya.’”
Abdurrahman awalnya berniat tidur di Masjid Taqwa, Jalan Irian, Makassar. Namun Muh Rais mengajaknya tinggal sementara di rumahnya di Jalan Andi Tonro sambil menunggu kepastian soal kepulangan ke Jakarta.
Kapan Abdurrahman tiba dan pulang dari Makassar?
“Saya tiba di Makassar tanggal 1 Mei, pukul 9 pagi menggunakan kapal Pelni KM Tidar. Selama 14 hari saya hidup berpindah-pindah dari masjid ke masjid. Dan akhirnya, saya putuskan untuk pulang ke Jakarta. Alhamdulillah saya mendapat bantuan dari Habib Agil Alhamid berupa tiket pesawat gratis pulang ke Jakarta pada tanggal 15 Mei 2025, jam 20:25.”
Apa pesan dan harapan dari Abdurrahman?
“Jangan mudah percaya janji-janji pekerjaan, apalagi yang terdengar terlalu muluk. Harus pastikan dulu semuanya jelas sebelum mengambil keputusan besar,” pesannya.
Di akhir wawancara, Abdurrahman menyampaikan rasa terima kasihTergir kepada semua pihak yang telah membantunya. “Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Habib Agil Alhamid atas bantuannya. Juga kepada semua pihak yang telah membantu saya selama di Makassar. Semoga Allah membalas semua kebaikan mereka.” Tutupnya
Laporan: Biro Makassar.
Makassar, makassarglobal.com.”- Abdurrahman Putra Legendaris Artis dan pecipta lagu dangdut di era 80 an harus menerima kenyataan pahit atas bujukan ridwan teman akrabnya di Jakarta yang mengajaknya untuk bekerja di Makassar dengan Gaji yang sangar tinggi. 15 Mei 2025 —
Kisah pilu dialami oleh Abdurrahman Latif Khan, putra dari musisi legendaris Jakarta, Latif Khan. Abdurrahman sempat terlantar selama 14 hari di Makassar setelah menjadi korban janji kerja palsu oleh seorang teman. Peristiwa ini menjadi peringatan bagi banyak orang agar berhati-hati terhadap tawaran pekerjaan yang terdengar menggiurkan.
“Kepada sala satu rekan media Radarnkri.com. Abdurrahman menyampaikan Awalnya saya diajak oleh seorang teman yang bernama ridwan ke Makassar. Ia menjanjikan saya pekerjaan dengan gaji yang tinggi. Karena saya percaya dengan ucapanya,maka saya akhirnya memutuskan untuk ikut,”. Ujarnya.
“Abdurrahman mengungkap bahwa ia sempat membayar sejumlah uang kepada temannya. “Benar. Saya sempat membayar Rp1.500.000 (satu juta lima ratus ribu rupiah). Di luar uang transportasi dan akomodasi,” katanya.
“Setibanya di Pelabuhan Makassar, kami berdua tinggal di pelabuhan Sukarno selama tiga hari. Tapi kami hanya berada di sekitar pelabuhan,” ungkapnya. Yang lebih menyedihkan, ia mengaku tidur di pelabuhan.
“Dan pada hari ketiga, Ridwan mengeluh kepada saya bilang kuota internetnya habis dan dia mau beli dulu. Tapi ketika saya dengar ada bunyi Sirene kapal ,sementara ridwan tak kunjung nongol yang katanya membeli Kaota saya tengo kiri kanan dari waktu ke waktu dan kapalpun semakin jau dari pandangannya ridwan tak kunjung tuba.
Sayapun sempat bertanya pada orang sekitar, ternyata kapal itu menuju Jakarta. Dalam hati berkata jangan jangan ridwan pulang ke Jakarta dengan menumpang kapal itu,
Ternyata dugaan saya benar dan diam-diam ridwan sudah beli tiket dan pergi tanpa bilang-bilang. Sangat tegahnya dia Tinggalkan Saya seorang diri tanpa ada orang satupu yang saya kenal. di pelabuhan.” ucapnya dengan wajah senduh.
Tak di sangksh sangkah serorang teman yang sangat tegah pergi dan tinggalin saya seorang diri tampa tenan dan kerabat lain selain dia gumam dalam hatinya sambil meneteskan air mata penyesalan.
“Di hari yang ke empat saya hanya seorang diri berusaha mencari
cara untuk bisa pulang ke Jakarta, tapi belum berhasil. Badan sudah capek. Saya pun mulai berkeliling mencari bantuan dan tempat tinggal, bahkan dari masjid ke masjid.” untuk mendapat petunjuk daei sang Illahi. Agar dapat kiranta ada seseorang yang dapat membantunya untuk mendapat biaya ongkos pulang ke jakrta.
Hidup sebatang karang di kota Makassar yang jauh dari sanak saudara dan keluarga. Hari demi hari saya lalui tanpa putus asah. “-Sementara uang sudak habis hanya memiliki Sebua Henpon dengan rasa berat hati saya harus menjual henpon dengan harga,cunan Rp.300.000 untuk dapat bertahan hidup selama belum dapat pekerjaan
“Berkat Usaha dan Do’a maka alhamdulillah, ada yang membantu. Untuk makan, ada juga yang memberi saya uang jajan. Selain itu, Pimpinan Redaksi Radar NKRI juga ikut membantu saya,” ujarnya.
“Saya sempat bertemu pemilik toko Sport Sentosa di Jalan Sumba Opu. Kami sempat berbincang panjang, maaf saya lupa namanya. Sampai waktu sholat Dzuhur masuk, saya ke Masjid Anshar dekat toko tersebut. Setelah sholat, saya bertemu dengan imam masjid, namanya Alwi,” tutur Abdurrahman.
Ia kemudian menceritakan kisah yang dialaminya kepada Imam Masjid Anshar. “Setelah itu, Imam Masjid berusaha mencari bantuan pada temannya dan akhirnya saya diberikan alamat untuk bertemu Om Jamil, yang ternyata kenal dengan ayah saya.”
“Setelah ngobrol dan minum kopi di rumah Om Jamil, anak beliau mengantar saya ke tempat usaha parfum ‘Raja Wangi’ di Jalan Sunu, milik Agil Alhamid.”
Sayangnya, Agil Alhamid saat itu sedang berada di Jakarta. “Saya hanya bertemu istrinya, Hikmah. Kami berbincang dan saya ceritakan kondisi saya. Lalu beliau menelepon suaminya Agil, dan saya sempat berbicara langsung melalui telepon.” dari hasi komunikasi bersama
Agil bertanya, ‘Kamu mau apa? Mau kerja atau pulang? Kalau mau kerja saya kasih kerja, kalau mau pulang ke Jakarta saya belikan tiket.’ Saya sempat pusing untuk menjawab. Dan Habib Agil mengatakan, ‘Ya sudah, kamu pikir-pikir dulu.’”
.
Setelah itu, Abdurrahman sempat bertemu dengan Pimpinan Redaksi Radar NKRI, Muh Rais Alhamid, yang juga merupakan keluarga dari Habib Agil. “Saya menceritakan semua kejadian yang saya alami dari awal.”
Apa respons dari Pimpinan Redaksi Radar NKRI?
“Beliau mewawancarai saya dan menanyakan apakah saya ingin tetap bekerja di Makassar atau pulang ke Jakarta. Saya jawab ingin pulang, karena saya sudah trauma dengan kejadian ini. Beliau juga sempat bertanya apakah saya ingin melaporkan kejadian ini ke polisi. Saya jawab, ‘Tidak usah, Pak. Saya lapang dada menerima cobaan dan takdir ini. Toh saya juga sudah dapat bantuan untuk pulang ke Jakarta. Saya tidak ingin masalah ini panjang sampai ke ranah hukum. Cukup sampai di sini saja, dan ini akan menjadi pelajaran buat saya.’”
Abdurrahman awalnya berniat tidur di Masjid Taqwa, Jalan Irian, Makassar. Namun Muh Rais mengajaknya tinggal sementara di rumahnya di Jalan Andi Tonro sambil menunggu kepastian soal kepulangan ke Jakarta.
Kapan Abdurrahman tiba dan pulang dari Makassar?
“Saya tiba di Makassar tanggal 1 Mei, pukul 9 pagi menggunakan kapal Pelni KM Tidar. Selama 14 hari saya hidup berpindah-pindah dari masjid ke masjid. Dan akhirnya, saya putuskan untuk pulang ke Jakarta. Alhamdulillah saya mendapat bantuan dari Habib Agil Alhamid berupa tiket pesawat gratis pulang ke Jakarta pada tanggal 15 Mei 2025, jam 20:25.”
Apa pesan dan harapan dari Abdurrahman?
“Jangan mudah percaya janji-janji pekerjaan, apalagi yang terdengar terlalu muluk. Harus pastikan dulu semuanya jelas sebelum mengambil keputusan besar,” pesannya.
Di akhir wawancara, Abdurrahman menyampaikan rasa terima kasihTergir kepada semua pihak yang telah membantunya. “Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Habib Agil Alhamid atas bantuannya. Juga kepada semua pihak yang telah membantu saya selama di Makassar. Semoga Allah membalas semua kebaikan mereka.” Tutupnya
Laporan: Biro Makassar.