News

Raja Tallo Ke XIX Menghadiri Sidang Gugatan Sekitar Benteng Fort Rotterdam Makassar

Makassar,makassarglobal.com.–“Pemangku Adat Kesultanan Kerajaan Tallo, yang telah melakukan gugatan atas fungsi lahan di sekitar Benteng Fort Rotterdam Makassar. Menghadiri persidangan atas perusahaan maupun lembaga yang menggunakan lahan sekitar Benteng fort Rotterdam Makassar, 12 Juni 2025.

 

Muh. Akbar Amir Daeng Manaba Karaeng Tanete selaku pemangku Adat Kesultanan Kerajaan Tallo. Melalui Devisi Humas DPP PANI ( Pasukan Adat Nusantara Indonesia) Syarifuddin Sultan menyampaikan.

 

“Apa yang dilakukan Duli Yang Maha Mulia Raja Tallo Muh. Akbar Amir Daeng Manaba Karaeng Tanete. Semuanya untuk menyelamatkan Cagar Budaya Nasional dari kepunahan. Yang diakibatkan oleh oknum oknum yang mencoba untuk melenyapkan jejak sejarah awal keberadaan bangsa Indonesia, ucap Syarifuddin Sultan

 

Syarifuddin Sultan menambahkan, Dan apa yang dilakukan Yang Mulia Raja Tallo. Seharusnya mendapatkan dukungan dari pemerintah dan semua budayawan. Agar Cagar Budaya yang ada di Indonesia, dan khususnya di makassar, dapat terselamatkan dari mafia mafia yang buta dengan Cakar Budaya dan tidak lagi menghargai kebudayaan bangsa Indonesia, tegasnya.

 

Usai mengikuti persidangan di pengadilan negeri Makassar. Duli Yang Maha Mulia Raja Tallo Ke XIX beserta anggota Pasukan Adat Nusantara Indonesia. Berkunjung ke Kantor DPP PANI/Kesultanan Kerajaan Tallo yang sudah 30 tahun gunakan. Yang berada dalam lingkungan Benteng  Gedung G Fort Rotterdam Makassar Imbuhnya.

 

Laporan . MZ.Nurdin Achmad.

 

Gowa, Sulawesi Selatan – Tembang daerah Makassar kian menemukan jati dirinya sebagai bentuk perkembangan musik lokal yang mampu bersaing dan sejajar dengan jenis musik lainnya. Lagu-lagu Makassar saat ini tidak hanya dinikmati oleh pecinta genre musik tertentu, tetapi juga telah menjadi bagian dari selera musik nasional. Tak hanya terbatas pada kalangan etnis Makassar, kini lagu-lagu daerah tersebut juga dinikmati oleh berbagai etnis di seluruh penjuru Nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa musik Makassar telah menjadi bagian dari kekayaan lagu-lagu Nusantara. Baca: Pangdam XII/Tpr Tutup Diksarmil dan Pelatihan Manajerial serta Penetapan Komcad SPPI Batch 3 Tahun 2025 Seragam Sekolah Gratis dari Walikota Langsa Orang Tua Siswa Sangat Terbantu, Kepsek SDN 1 Ucapkan Terimakasih Kepsek SMAN 2 Gowa Diduga Selewengkan Dana BOS, GEMPUR Siap Laporkan ke Kejati Sulsel LBH Herman Hofi Sorot Dugaan Strategi Adu Domba Dalam Konflik Agraria di Kubu Raya Para penggiat musik daerah, khususnya pencipta dan pemerhati lagu-lagu lokal seperti Udhin Leaders, terus mendorong agar tembang-tembang daerah Makassar dan Bugis mendapat ruang lebih luas di industri musik Tanah Air. Udhin Leaders, vokalis sekaligus pencipta lagu Makassar dan Bugis, akan berkolaborasi dengan Alex, gitaris dari label nasional Nagaswara. Alex dikenal dengan kepiawaiannya memainkan gitar melodi, dan telah lama berkiprah di industri musik Indonesia. Kolaborasi ini akan mengusung genre musik pop daerah, mencampurkan warna khas Makassar dan Bugis dengan sentuhan profesional dari musisi nasional. Maulana Ramli, selaku Event Organizer (EO) dari Pranala Production sekaligus pencipta lagu populer “Siri Napacce”, mengungkapkan bahwa kolaborasi ini merupakan proyek perdana yang mempertemukan musisi nasional dan pelaku utama musik daerah dalam satu garapan. Sebelumnya, Maulana juga telah melahirkan karya berjudul “Manna Jera’ja Kulimbang” yang turut mewarnai khazanah musik daerah. “Ini untuk pertama kalinya terjadi, seorang gitaris dari label nasional berkolaborasi dengan dedengkot lagu daerah Makassar dan Bugis. Kami optimistis hasilnya akan menjadi karya musik yang apik dan membanggakan,” ujar Maulana dalam wawancara. Video klip dari proyek ini akan mengambil lokasi syuting di Balla’ Lompoa, ikon kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan yang terletak di Kabupaten Gowa. Rumah adat ini merupakan bekas kediaman Sultan Hasanuddin, Pahlawan Nasional Indonesia, sekaligus simbol pusat budaya, sejarah, dan adat istiadat Gowa. Tempat ini dulunya menjadi lokasi strategi dalam menghadapi penjajahan. Dengan latar budaya yang kuat dan kolaborasi lintas daerah, karya ini diharapkan menjadi representasi baru bahwa musik daerah mampu tampil modern tanpa kehilangan akar budayanya.(/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *